Beasiswa Merah Putih Untuk Korban Gempa dan Tsunami Palu
Telah lebih dari satu tahun Gempa dan Tsunami Palu terjadi dan memporakporandakan kehidupan masyarakat di sana. Tanah dan bangunan seakan lenyap dalam waktu sekejap. Lebih dari 2000 jiwa menghilang tanpa kabar. Kerusakan besar yang terjadi akibat bencana tersebut tentunya memerlukan uluran tangan dari banyak pihak untuk membantu masyarakat setempat agar dapat menjalani kehidupan yang normal kembali.
Sahabat Insan turut memberikan perhatiannya kepada bencana ini melalui kerjasamanya dengan karya pelayanan Suster PBHK dan turut berpartisipasi aktif dalam penggalangan dana Gowes For Palu. Para Suster PBHK di bawah koordinasi Suster Eugenia, PBHK membuat program beasiswa bagi anak-anak sekolah tingkat SD sampai SLTA. Program ini diambil karena pada masa tanggap darurat tersebut, belum ada lembaga yang mendampingi anak-anak dengan memberikan beasiswa. Diharapkan dengan adanya program ini, pendidikan anak-anak sebagai pemilik masa depan tetap berjalan dengan lancar setelah terjadinya bencana ini.
Pada tahap awal, Sr Eugenia, PBHK membentuk tim pelaksana dengan mencari beberapa orang muda yang tinggal di Palu untuk membantu melaksanakan program ini. Suster sengaja mengambil orang muda setempat karena mereka yang lebih mengerti dan memahami budaya masyarakat dan lingkungan serta hal-hal lain yang berkaitan dengan program. Sampai sekarang, 12 orang muda telah bergabung dalam tim ini. Tiga orang ditunjuk sebagai penanggung jawab administrasi, lapangan dan kantor, dan delapan orang lainnya sebagai relawan di lapangan. Kedelapan relawan ini berasal dari berbagai latar belakang: 1 orang guru, 1 orang pegawai bank, 1 orang pengemudi transportasi online, serta 5 mahasiswa Universitas Tadulako Palu, dan juga dari berbagai suku: Manado, Toraja, Flores, Dayak, Jawa dan Bali, terdiri dari 4 perempuan dan 8 laki-laki.
Setelah tim terbentuk, mereka menentukan wilayah dan daerah tujuan yang akan menjadi sasaran pertolongan yaitu: Sidera/Bulu PountuJaya, daerah transmigrasi yang terdampak gempa; Jono Oge, wilayah yang terdampak likuifaksi; dan Talise, wilayah yang terdampak tsunami. Dalam perjalanan waktu, muncul wilayah kota Palu juga mendapat bantuan dana beasiswa. Beasiswa ini diberi nama Beasiswa Merah Putih, yang merupakan warna bendera Indonesia, digunakan untuk mempersatukan seluruh warga masyarakat bangsa tanpa memandang suku, agama, dan golongan. Merah Putih juga diartikan sebagai keberanian dan ketulusan hati dalam pelayanan kepada masyarakat Palu dan sekitarnya, khususnya untuk anak-anak generasi penerus bangsa. Penyaluran dana beasiswa dilakukan dengan mengirimkan ke rekening masing-masing anak, dan penerima beasiswa wajib membuat laporn penggunaan dananya setiap bulan. Hal ini selain untuk akuntabilitas terhadap penderma, juga sebagai proses pembelajaran bagi anak-anak untuk bertanggung jawab dan menentukan skala prioritas agar menggunakan dana yang diterima terutama untuk kepentingan sekolah.
Selain pemberian dana beasiswa, anak-anak juga mendapatkan pendampingan selama program ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendukung pembelajaran di sekolah dan meningkatkan wawasan anak-anak. Program dampingan disesuaikan dengan tingkat pendidikan anak-anak. Anak kelas 1-2 SD didampingi untuk belajar membaca, kelas 3-5 SD didampingi untuk kegiatan olah raga, dan kelas 6 SD dibantu dengan pelajaran tambahan untuk persiapan ujian akhir. Anak SD berkegiatan 2 minggu sekali, sedangkan anak SLTP dan SLTA berkegiatan sebulan sekali. Mereka akan mendapat penyuluhan kesehatan, seksualitas, narkoba, trafficking dan bertanam hidroponik. Anak-anak juga dibantu untuk mencintai lingkungan dengan mengumpulkan sampah-sampah plastik dan membawa botol minum sendiri setiap mengikuti kegiatan dampingan.
Untuk menentukan siapa penerima beasiswa ini, pada tahap awal dilakukan pendataan anak-anak sekolah di tiga wilayah yang sudah ditentukan dibantu oleh warga setempat. Selanjutnya diadakan sosialisasi program kepada anak-anak beserta orang tuanya dan pengisian formulir pendaftaran beserta kelengkapan administrasi yang diperlukan. Setelah itu, pendaftar yang berkas-berkas yang telah lengkap persyaratan administrasinya akan dipanggil untuk dilakukan wawancara, untuk mengetahui keseriusannya mengikuti prosedur program ini. Berkas anak-anak yang telah lolos seleksi kemudian diserahkan ke bank untuk dibuatkan rekening tabungan. Tambahan wilayah bantuan beasiswa, yaitu Palu, ditentukan karena kuota yang sudah ditentukan dari awal jumlahnya berkurang karena tidak lolos persyaratan administrasi. Sampai hari ini, jumlah penerima beasiswa adalah 156 anak SD, 100 anak SLTP dan 138 anak SLTA sehingga total anak yang dibantu adalah 394 anak.
Selain pemberian dana beasiswa, banyak kegiatan lain yang dilakukan dalam program ini, yaitu:
1. Bantuan perlengkapan sekolah, antara lain seragam sekolah, tas, sepatu, kaos kaki, perlengkapan sekolah seperti tas, buku, tempat pensil. Bantuan ini diberikan dengan mengantarkan anak-anak ke kota untuk memilih kebutuhan sekolah yang diperlukan. Ini juga untuk memberikan pengalaman lain untuk anak-anak yang notabene belum pernah masuk ke pusat perbelanjaan.
2. Membantu pengurusan pembuatan akte kelahiran, akte nikah dan KTP, karena ada sebagian warga yang berada di daerah transmigrasi yang tidak mengurus surat-surat administrasi untuk kepentingan anak-anak mereka karena keterbatasan pengetahuan dan finansial warga. Beberapa orang tua merasa sudah miliki surat babtis dan nikah dari gereja sehingga merasa tidak perlu mengurus surat negara ke kantor catatan sipil. Sampai sekarang sudah ada 19 warga yang dibantu pengurusan berkas-berkas administrasi ini dan ada beberapa lagi yang masih dalam proses pembuatan.
3. Penanaman pohon keras di Napu, untuk mengajarkan kepada anak-anak agar mencintai lingkungan hidup. Di Napu ada lahan luas milik PBHK yang bisa ditanami pohon-pohon keras. Sekitar 250 pohon jati super telah ditanam, mengelilingi kebun komunitas sekaligus sebagai pembatas.
4. Pengembangan Ekonomi Keluarga, yang dilakukan setelah melihat kenyataan bahwa masih ada masyarakat yang memerlukan bantuan untuk mengembangkan usaha karena bantuan bencana dari pemerintah maupun lembaga lain tidak menjangkau mereka. Hal ini disebabkan karena pada masa darurat bencana, warga tersebut mengungsi ke luar kota Palu sehingga luput dari pendataan bantuan, atau karena wilayahnya tidak termasuk dalam daftar pembagian bantuan.
5. Memfasilitasi anak-anak perempuan yang ingin mengembangkan diri dengan bersekolah di Jawa. Tiga anak dari Sulawesi Tengah: 2 dari Kabupaten Sigi dan 1 anak dari Kabupaten Poso serta 1 anak dari Kupang. Keempat anak tersebut ditampung di Panti Rini Purworejo. Biaya perjalanan dari daerah mereka masing-masing sampai Purworejo dan kebutuhan biaya sekolah ditanggung oleh Beasiswa Merah Putih.
Pelaksanaan program ini bukannya tanpa kendala. Panasnya cuaca kota Palu serta angin kencang menjadi tantangan tersendiri bagi anggota tim untuk mempersiapkan stamina yang kuat. Selain itu, anak-anak belum terbiasa membuat laporan sehingga butuh kesabaran untuk mengajarkan berulang kali kepada para penerima beasiswa baik anak maupun orang tuanya. Selain itu, seiring berjalannya waktu, tim kerja juga telah memiliki kesibukan lain, sehingga jadwal program dampingan di lapangan harus disesuaikan kembali. Sekali waktu banyak yang bisa hadir, namun di lain waktu hanya sedikit yang bisa bergabung karena kesibukan mereka. Hal yang sama terjadi juga dengan pekerjaan administrasi di posko.
Semua kerja keras dan kelelahan tersebut terbayarkan dengan melihat keadaan yang jauh lebih baik saat ini. Anak-anak dapat melanjutkan pendidikan dengan lancar dan layak, masyarakat juga mendapatkan modal untuk menyambung hidup mereka serta pendampingan-pendampingan yang telah dilakukan untuk memperkuat karakter anak. Pekerjaan memang belum selesai. Masih banyak yang harus dibenahi. Dengan semangat cinta kasih, semoga para korban perlahan dapat menata kembali masa depannya yang telah terengut oleh bencana alam.