Jenazah di Awal Oktober
2 Oktober 2020
Kabar duka kembali kami dengar untuk yang ke-36 kalinya di tahun ini. Satu lagi putri NTT yang merantau ke Negeri Jiran, Malaysia dipulangkan di dalam peti jenazah, tak bernyawa dan tak lagi bisa bersuara. Jenazah yang tiba siang hari ini atas nama TT. Ia merupakan seorang ibu untuk ketiga anaknya.
Dalam penjemputan jenazah yang tutup usia 44 tahun ini, aku ke Kargo Bandara El Tari Kupang bersama suster Matilda PI. Saat kami tiba, sudah ada keluarga yang menunggu. Pak Stef dari BP2PMI pun sudah ada di kargo, beberapa menit setelah kedatangan kami, Kakak Decky dan seorang relawan Rumah Harapan juga tiba. Kami kembali melaksanakan misi kemanusiaan.
Salah satu keluarga yang datang menjemput adalah anak pertama dari TT, namanya RN. Aku dan suster Matilda PI segera menghampiri anak kandung dari TT dan menyampaikan bela sungkawa. Dari penuturannya, kami mengetahui sedikit informasi tentang jenazah. Ia yang terbaring kaku diberangkat dari Kuala Lumpu, Malaysia pada 1 Oktober 2020 lalu ke Jakarta dan pagi tadi diterbangkan dari Jakarta menuju Kupang.
“Mama pergi tu saya masih kecil. Umur saya waktu itu masih lima tahun, setelah pisah dari bapa mama langsung pergi Malaysia.” Anak pertama TT mengisahkan tentang kepergian ibunya untuk mengadu nasib di Negeri Jiran.
“Mama pernah pulang?” tanya suster Matilda PI.
“Pulang satu kali saja, itu juga sudah lama sekali,” sahutnya bergetar menahan perasaan emosional yang memuncak. Ia sama sekali tidak tahu mengenai sakit penyakit sang ibu. Menurutnya, selama ini ia tidak pernah mengeluhkan sakit yang diderita saat mereka berkomunikasi satu sama lain.
“Mama kerja sebagai pembantu rumah tangga, tapi karena Covid-19, mama berhenti satu bulan. Kemudian mama tinggal di kosnya teman dan mama meninggal di itu kos,” terangnya.
Dukacita tentu tidak lagi terbendung di hatinya, mengingat perjuangan ibunya untuk menyekolahkan ia dan adik-adiknya yang masih kecil. Apalagi ada sedikit masalah dengan adik kandung dari TT mengenai perebutan ahli waris. Mobil jenazah yang sebenarnya sudah disiapkan oleh pihak BP2MI pada akhirnya batal digunakan karena adik kandung dari jenazah sudah terlebih dahulu menyiapkannya dengan meminta bantuan mobil jenazah dari rumah sakit Atambua.
Setelah menunggu, peti jenazah TT terlihat di kereta kargo. Pihak keluarga segera memindahkan jenazah ke mobil ambulans milik rumah sakit Atambua. Suara teriakan histeris terdengar memilukan, dari puteranya. Meskipun ia merupakan seorang laki-laki, namun kehilangan seorang ibu adalah hal paling menyakitkan baginya. Air mata mengalir deras, jemari itu hanya mampu membelai peti keras yang diam membisu.
Suster Matilda PI berusaha memberikan penguatan kepada pria itu dengan memeluk bahunya dari samping sekaligus menopang tubuh pria itu yang hampir roboh. Isakan masih terdengar jelas saat Pater Berton, CMF menaikkan doa bagi jenazah dan memberkati jenazah. Tangisan yang ditahan selama doa itu berubah menjadi teriakan histeris begitu doa usai bahkan masih terdengar memilukan saat pintu belakang mobil jenazah ditutup.
Putera kandung menyambut jenazah TT dalam doa usai dipindahkan dari kereta Kargo ke mobil jenazah |
Suster Matilda berpesan agar puteranya tetap berusaha mempertahankan hak ahli waris dari jenazah. Perwakilan BP2MI, pak Stef juga menjelaskan kepada keluarga bahwa yang berhak mendapatkan uang duka adalah anak dari jenazah, bukan saudara dari jenazah. Ia juga berpesan agar uang duka bisa digunakan untuk penguburan jenazah.
Kali ini, berbeda dengan penjemputan sebelumnya sebab tidak ada sirine memekik mengiringi kepulangan jenazah menuju kampung halaman di Dusun Motamaro, RT 007 RW 005, Desa Tasain, Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu. Hanya isak tangis yang kian menggema di ruang pendengaran kami semua. Seperti tabir, duka menyelimuti setiap sisi hidup. Seperti aliran gelombang yang siap menelan, duka mengalir tanpa bisa diperkirakan dan mengancam di sepanjang hari-hari. Seperti pukulan tangan yang sangat kuat, duka memporak-porandakan suasana jiwa, raga dan rohani. Duka itu akan sulit diobati, namun Kasih Allah yang tidak berkesudahan akan selalu menyertai setiap langkah kaki hidup semua keluarga yang ditinggalkan.