Josephine Bakhita: Tanda dan Jalan Kebebasan Bagi Migran dan Pengungsi
Menjelang Hari Migran dan Pengungsi
Pada tanggal 24 september 2023 akan dirayakan Hari migran dan Pengungsi sedunia yang ke 109. Menarik ketika tema yang diusung adalah Bebas Memilih Bermigrasi atau Tinggal. Tema ini menarik karena seperti sebuah pertanyaan bagi para migran dan pengungsi untuk memilih apakah (sebaiknya) tinggal ataukah bermigrasi. Suatu pertanyaan yang menghendaki jawaban bebas. Jika harus memilih bermigrasi, bermigrasi kemana, bermigrasi bagaimana dan bermigrasi untuk apa, lalu apa yang akan terjadi ketika tiba di tempat tujuan? Sementara itu jika tinggal, tinggal untuk apa, apakah tempat tinggal sudah aman, ramah dan membawa kesejahteraan?
Foto: Pekerja migran perempuan antri untuk melamar pekerjaan. Sumber Foto: Kompas.com
Peringatan Hari Migran dan Pengungsi ini dibuat sebagai penghargaan terhadap migran(pekerja) dan pengungsi (refugee). Setiap insan memiliki hak untuk hidup bermartabat dan berhak untuk mempunyai akses memeroleh penghidupan berkelanjutan. Moment ini menjadi cara untuk memberikan dukungan dan kepedulian untuk orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Sebagai suatu kenangan dan doa untuk orang yang mengungsi karena konflik atau penganiayaan.
Perdagangan Manusia: Masalah Sosial Gereja
Migran dan Pengungsi rentan untuk mengalami tindakan perdagangan orang (Human Trafficking). Human Trafficking cenderung terjadi pada orang yang miskin, mengalami kekerasan, pasca mengalami konflik dan pasca bencana. Perempuan dan anak-anak adalah orang-orang yang sering mengalami korban Trafficking. Korban Traficking terjadi karena eksploitasi tenaga kerja tanpa upah yang jelas, tanpa syarat kerja, dan tanpa perlindungan kerja. Prostitusi dan perdagangan organ tubuh adalah contoh human trafficking yang terjadi bahkan sejak zaman kolonial.
Human Trafficking dipahami sebagai kejahatan terorganisir dan transnasional mulai dari perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan dengan cara mengancam, menggunakan kekerasan atau bentuk lainnya seperti pemaksaan, penipuan, dengan tujuan untuk eksploitasi. Target utama perdagangan orang adalah orang yang terpinggirkan dan dalam keadaan sulit dan pada kenyataanya terutama perempuan. Perdagangan anak-anak terjadi karena korban dari rumah tangga yang miskin, rumah tangga yang berantakan, yang ditinggalkan dan yang tidak memiliki pengasuhan orang tua.
Foto: Pekerja migran dan pengungsi. Sumber Foto: Kompas.id
Pelbagai cara dan upaya telah dilakukan namun kasus perdagangan orang masih terjadi. Berhadapan dengan kasus human trafficking hal-hal yang dapat dilakukan adalah pencegahan, perlindungan dan penuntutan. Cara-cara ini dilakukan secara bersama (partnership) oleh segenap pemangku kepentingan baik pemerintah, Gereja, maupun lembaga sosial lainnya. Siapapun yang telah diselamatkan dari Human Trafficking dituntun untuk reintegrasi baik secara sosial maupun profesional. Daerah asal para migran dapat memberikan sambutan yang ramah, memberikan kehangatan yang memulihkan untuk membangun kehidupan baru yang bermartabat. Sehingga para korban akan memperoleh pembaharuan dan penyembuhan dalam kebenaran dan kebebasan. Pribadi korban diangkat martabatnya sesuai urapan kerahiman Tuhan. Disinilah peran Gereja yang memberikan pengharapan melalui dimensi spiritual dalam ilham katolik.
Gereja menjunjung tinggi hak setiap orang untuk berada di tempat yang aman serta memastikan setiap orang dapat memenuhi kebutuhan dasar demi pengembangan manusia seutuhnya. Setiap anggota Gereja melindungi, membebaskan, mendampingi, mengakui serta membela para migran dan pengungsi. Sebab norma moral ajaran kristiani adalah melihat sesama yang lain sebagai gambaran Allah.
Santa Josephine Bakhita (1869-1947) Tanda dan Jalan Kebebasan
Gereja melalui Paus Yohanes Paulus II menganonisasi Santa Josephine Bakhita pada tanggal 1 Oktober 2000. Sebelumnya Santa Bakhita di Beatifikasi juga oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 17 Mei 1992. Santa Josephine Margaret Bakhita adalah pelindung korban perdagangan manusia, pengungsi dan perbudakan.
Foto: Santa Josephine Bakhita. Sumber Foto:cfpholyangels.com
Perempuan asal Darfur, Sudan-Afrika ini lahir sekitar tahun 1869. Ia dibawa oleh pedagang budak dan diperjualbelikan berkali-kali serta mengalami perlakuan kasar dan siksaan hingga tidak dapat bicara dan lupa akan namanya. Perempuan berkulit hitam ini ditahan sebagai budak oleh pedagang budak Arab selama beberapa tahun. Perempuan Sudan ini diberi nama Bakhita. Bakhita (Arab: بخيتة (bikhita) berarti Miserable: Inggris) yang mempunyai makna sedih, miskin, tidak bermutu, menderita, yang menyedihkan. Beberapa artikel dan video mengartikan Bakhita sebagai Fortune: Keberuntungan. Namun Sejauh penelusuran, kata bahasa arab yang merujuk pada keberuntungan (Fortune, Luck) antara lain (صَبُوْر : Sabar), (مُبَارَك : mubarak), (مَيْمُوْن :maymun), (نَصِيْب:nasib), dan (حظ:haza).
Bakhita diperjualbelikan di El Obeid dan Khartoum. Sebagai budak perempuan ia kemudian sampai ke tangan seorang konsul Italia Calixto Leganini. Bersama Calixto Bakhita memperoleh kehidupan dan merasa nyaman. Bakhita menerima sakramen Baptis pada tanggal 9 Januari 1890 dengan nama Josephine. Bakhita kemudian menerima komuni pertama dan pengukuhan dengan nama kristen Josephine Margarita Afortunanda.
Pada tahun 1893 Josephine masuk biara Canossian dan menerima kaul pada 8 Desember 1896. Sebagai seorang biarawati Josephine dikenal sebagai perempuan berkulit hitam yang baik dan ramah, sehingga ia dipanggil Madre Morreta (Mama berkulit hitam). Kemudian setelah mengalami sakit Josephine Wafat pada tanggal 8 Maret 1947. Dalam Sakitnya Santa dari Sudan ini senantiasa berdoa dan menyerukan nama Madonna (Maria).
Santa Josephine Bakhita menjadi tanda kebebasan dari situasi perbudakan dan penindasan. Jalan hidup Santa Josephine Bakhita adalah tapak penderitaan yang tergubah oleh kasih Tuhan menjadi jejak kemerdekaan bagi para korban perdagangan manusia. Bakhita bukan lagi yang miskin, menderita, dan menyedihkan tetapi Bakhita adalah Jalan dan tanda menuju keberuntungan. Jalan dan tanda bagi orang yang mengalami perbudakan, pengungsi dan migran. Hadirnya Bakhita seorang yang diperbudak dan diperdagangkan adalah tanda bagi semua insan bahwa perbudakan,penindasan akan bebas oleh kebebasan kudus. Bakhita menjadi manusia beruntung. Dalam terang Santa Josephine Bakhita Gereja menjadi sahabat yang menemani, membela dan memberi kehangatan bagi para migran dan pengungsi. Sebab “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kekerasan”(Amsal 17:17).
Oleh: Woda Benediktus
Sumber:
Baggio, Fabio CS dan Michael Czerny SJ. Arah Pastoral Mengenai Perdagangan Manusia (alih bahasa I. Ismartono SJ). Komisi Keadilan Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau KWI. 2019.
https://migrants-refugees.va/resource-center/world-day-of-migrants-refugees-2023/
https://www.mirifica.net/santo-santa-8-februari/
http://www.afrol.com/archive/josephine_bakhita.htm
https://katakombe.org/para-kudus/februari/yosefina-bakhita.htm
https://www.youtube.com/watch?v=LhsoT0pPgTk/ ignatius Press
https://www.almaany.com/id/dict/ar-id