Salurkan Kasih di Tengah COVID-19

Salurkan Kasih di Tengah COVID-19
Suster Laurentina PI membagikan sembako bagi mahasiswa/i di Kupang yang terdampak Covid-19

11 Mei 2020

Sebagian besar masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terdampak COVID-19 semakin menderita dan meradang. Pasalnya, sejak meningkatnya jumlah positif Covid-19 sebesar 68 kasus, 6 sembuh dan 1 meninggal dunia, jumlah lapangan pekerjaan semakin berkurang. Cukup banyak unit usaha yang terpaksa ditutup hingga menyebabkan PHK besar-besaran. Kondisi pelajar yang jauh dari keluarga namun tidak bisa kembali ke kampung halaman terpaksa harus bertahan tanpa mendapat kiriman uang bulanan karena himpitan ekonomi. Semua berada dalam kondisi krisis dan memprihatinkan.

Pada Sabtu (9/5/2020) pukul empat sore, suster Laurentina PI mengajakku menuju ke Toko Beras di Oesapa untuk membeli 8 karung beras yang beratnya 40 kilogram beserta bahan kebutuhan lain seperti minyak goreng, mie instan, dan telur. Melihat beberapa karung beras beserta dus-dus yang tersusun di dalam mobil menambah rasa bahagiaku. Membantu sesama ternyata bisa sangat membahagiakan seperti ini, sekalipun dalam tahap realisasinya dibutuhkan proses yang panjang.

Sembako untuk membantu mahasiswa/i yang terdampak COVID-19

Bahan makanan yang kami beli hari ini masih harus dibungkus rapi. Selain itu, kami juga harus melakukan pendataan sehingga bantuan yang diberikan tepat sasaran. Rencananya, kami akan memberikan bantuan kepada mahasiswa yang tinggal di daerah Nasipanaf, Penfui, Matani, termasuk Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) Universitas Nusa Cendana.

Suster Laurentina PI memesan sembako untuk bantuan bagi mahasiswa/i Kupang

Kami segera memindahkan karung beras dan dus-dus ke kantor Unit Anti Human Trafficking Yayasan Sosial Penyelenggaraan Ilahi. Cukup banyak keringatku keluar karena memindahkan beras seberat 40 kilogram. Barang-barang disusun rapi dan segera dibungkus dalam kantung plastik yang terdiri atas tiga kilo beras, empat bungkus mie instan, tiga butir telur, dan satu botol minyak goreng ukuran sedang untuk satu orang penerima bantuan.

Proses membungkus sembako 

Dana untuk membeli bahan-bahan makanan ini murni berasal dari Yayasan Spiritual Penyelenggara Ilahi. Meskipun sudah disebarkan fliyer untuk menggalang dana lewat media sosial, namun tidak ada yang meresponnya. Meskipun begitu, tidak mungkin harapan untuk membantu putus begitu saja. Kami tetap percaya bahwa didalam kehidupan selalu ada harapan, dan Allah yang maha pengasih dan penyayang selalu menyertai

Pada Senin sore (11/5/2020), saat sedang sibuk mengerjakan tugas bersama teman-teman kuliahnya, salah seorang dari anak-anak asrama Susteran Penyelenggaraan Ilahi (PI) jatuh pingsan dari atas kursi. Semuanya terkejut dan heboh termasuk aku. Ketika sadar, ia mengaku belum makan dari pagi hingga sore karena tidak menerima kiriman dari kampung halaman. Kedua orangtuanya di kampung cukup kesulitan mencari rupiah. Beberapa keluarga memang diperhatikan oleh pemerintah, namun tidak untuk mahasiswa yang tidak bisa pulang ke kampung dan memilih bertahan di kos. Hal ini jualah yang mendorong suster-suster PI untuk gencar membantu pemberian paket bahan makanan yang diprioritaskan kepada mahasiswa/i yang berasal dari luar Kupang.

Aku dan dua Orang Muda Katolik (OMK) Wilayah 5 Paroki Penfui dengan semangat menemani suster Laurentina PI saat berkunjung ke Asrama Pemerintah Daerah Maumere untuk menyerahkan 20 paket bahan makanan. Kedatangan kami disambut hangat oleh belasan mahasiswa asrama Maumere yang tinggal di asrama itu. Paket bahan makanan itu dipindahkan secara bersama-sama dari bagasi mobil ke ruang tamu asrama.

Bantuan untuk mahasiswa/i di Asrama Maumere

Sebelum menyerahkan bantuan, suster Laurentina PI memperkenalkan kongregasi PI beserta visi dan misinya beserta salah satu karya kerasulan anti human trafficking dalam menangani masalah buruh migran. Melalui kesempatan ini, suster Laurentina PI mengajak mahasiswa untuk terlibat dalam karya ini dengan menyambut kedatangan jenazah Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Maumere yang akan dipulangkan dari Malaysia beberapa waktu mendatang.

Salah satu dari mereka mengungkapkan rasa terima kasih atas kepedulian para suster PI yang tergerak memberikan bantuan dalam masa sulit ini. Mereka juga bersedia untuk terlibat dalam karya yang ditawarkan. Senang rasanya saat melihat wajah yang penuh syukur dari mereka yang berkekurangan namun masih bisa tersenyum. Semoga hal ini bisa dilakukan secara rutin sehingga bisa menolong dalam situasi sulit ini. Sekalipun jumlah bantuan diberikan dalam jumlah yang kecil, semoga bisa  membantu. Kasih yang diperoleh dari Kristus sebaiknya memang harus disebarkan, bukan untuk digenggam sendiri. Semoga lewat gerakan kecil ini semakin banyak orang yang mau mengulurkan tangan untuk berbagi dan menolong sesamanya. Satu langkah kecil dapat memberikan perubahan yang lebih baik.

Perjalanan kami lanjutkan ke Kampung Bajawa untuk menyerahkan sepuluh paket bahan makanan kepada mahasiswa/i asal Timor Leste, Sumba, Rote dan Ende yang tidak bisa pulang kampung karena Covid-19. Ditemani oleh OMK, penyerahan berlangsung dengan lancar dengan penuh suasana kekeluargaan.

Bantuan untuk mahasiswa/i di asrama asal Timor Leste, Sumba, Rote dan Ende

Keesokan harinya, Selasa (12/5/2020) kami menyediakan beberapa bahan untuk paket bantuan yang akan dibagikan kepada mahasiswa/i di KMK St. Thomas Aquinas Undana, NTT. Cukup menguras tenaga saat beberapa kali bolak-balik ke toko untuk membeli beberapa bahan makanan yang dibutuhkan. Namun tentu tidak masalah, sebab aku melakukannya dengan suka cita. Hanya ini caraku untuk membantu saudara saudariku yang berkekurangan. Aku mengasihi mereka. Apalagi langkahku semakin ringan dengan bantuan beberapa teman OMK yang datang untuk membantu dalam proses pendistribusian bantuan.  

Bantuan untuk mahasiswa/i di KM St. Thomas Aquinas Undana, NTT 

Saya cukup terharu dan sekaligus tersentuh dengan momen berbagi ini. Saya juga tertarik dengan motto para suster PI, “Allah Penyelenggara yang kreatif menggerakkan kita dengan sukacita pergi meretas batas merangkul kehidupan yang terancam”. Kami sudah pergi meretas batas diri, memenuhi tugas dan panggilang untuk menolong dan membantu sesame kami yang membutuhkan. Semoga api ini tetap hidup di hati kami sehingga mampu merangkul setiap kehidupan yang terancam. Amin.

***