Doa dan Refleksi Bersama 2019 Untuk Mengenang Jenazah PMI

Doa dan Refleksi Bersama 2019 Untuk Mengenang Jenazah PMI
Santa Josepina Bakhita

Setiap akhir tahun, para relawan yang tergabung dalam tim anti perdagangan manusia di Kupang, NTT secara rutin selalu mengadakan doa dan refleksi untuk mengenang dan mendoakan jenazah-jenazah para pekerja migran yang telah mereka terima sepanjang tahun tersebut. Jika pada tahun sebelumnya, yaitu tahun 2018, Kantor Gubernur dipenuhi oleh aktivis kemanusiaan yang berdoa bagi jenazah-jenazah PMI asal NTT yang dipulangkan ke keluarga, dan supaya didengarkan oleh penguasa, sengaja doa, puisi, disampaikan lewat pengeras suara serta membuat sedikit macet, maka tidak pada tahun ini, khususnya pada tanggal 29 Desember 2019 malam, Biara Susteran PI Nasipanaf menggelar acara doa dan refleksi bersama di aula kantor Unit Anti Perdagangan Orang YSPI dan mengundang teman-teman jaringan yang bersama berdiri untuk kemanusiaan serta OMK di wilayah dekat biara.

Untuk doa dan refleksi bersama ini, aku dan para suster serta di bantu oleh Melda dan Rahab membuat dekorasi terbaik untuk mendukung acara. Gelar karpet hijau, tanpa kursi. Kain-kain satin yang dibentuk sedemikian cantik oleh suster Elisa, PI. Menyapu dan mengatur semua agar tidak ada yang terganggu saat doa dilaksanakan.

Aula hampir siap, namun aku dan suster Laurentina, PI harus membeli snack untuk kegiatan malam ini. Hanya di Paris Bakery, kami membeli kue dan beberapa cemilan lainnya. Ya, makan-makan akan ada seusai doa dan refleksi bersama.

Sampai di biara, aku harus menyelesaikan satu tugas lagi. Membuat video yang menampilkan penjemputan jenazah dari Januari sampai Desember 2019. Video ini sebenarnya sudah aku buat tadi malam namun ada perbaikan dan penambahan sedikit sehingga aku harus cepat menyelesaikannya.

Waktu terus bergerak, tanpa terasa jarum jam sudah menunjuk pukul empat lewat seperempat. Sesuai dengan undangan yang disebarkan, doa akan dilaksanakan pukul lima sore. Suster Laurentina, PI sudah meneriaki kita agar segera bersiap. Tentu saja kami kocar kacir untuk bersiap.

Awalnya, ku pikir hanya akan ada sedikit orang yang bergabung dalam doa dan refleksi bersama, karena memang hujan selalu dijadikan alasan seseorang tidak bisa hadir. Namun, kasih Allah memang luar biasa, dengan cinta-Nya, Ia mengantarkan anak-anak-Nya untuk berkumpul dan berdoa bagi PMI-PMI yang sudah di pulangkan dalam bentuk jenazah.

Hatiku penuh dengan sukacita saat melihat relawan-relawan dari Rumah Harapan pun turut hadir, mereka sudah aku anggap sebagai saudaraku. Lalu hadir pula dua frater dari CMF, Mama Pendeta Pao Ina yang meluangkan waktunya untuk bergabung dengan kami dan yang paling luar biasa adalah aku bahkan bertemu dengan mantan dosenku, Pak Didimus namanya. Dia mengetahui kegiatan doa dan refleksi bersama bagi para PMI yang dipulangkan tanpa nyawa ini dari Kakak Ardi IRGSC. Selain itu perwakilan dari IRGSC pun ada, tak lupa OMK yang juga datang. 

Memulai kegiatan doa ini, Suster Matilda, PI menyambut semua yang hadir tak lupa pula mengucapkan terimakasih karena sudah meluangkan waktu untuk bergabung lalu dilanjutkan oleh Suster Laurentina, PI yang menjelaskan tujuan doa dan refleksi bersama ini kepada semua yang hadir. Meskipun sederhana dan tidah seheboh kemarin, namun aku percaya bahwa Tuhan adalah Maha mendengar.

Suster Elisa, PI melanjutkan dengan pembacaan puisi setelah kami menyanyikan lagu "Hadirlah Di Sini" dengan diiringi lantunan musik syahdu agar semua bisa meresapi dan menghayati setiap baitnya. Setelah keheningan beberapa saat, Suster Elisa, PI memberikan kesempatan kepada yang hadir untuk membacakan puisi atau curahan isi hati. Kesempatan itu diambil oleh mama pendeta Ina yang membacakan puisi dengan judul "Kargo Bandara El-Tari". Puisi ini mengisahkan perasaan, membuka isi hati setiap kami saat menyambut kedatangan jenazah-jenazah PMI.

Kemudian salah satu frater CMF menyampaikan refleksi yang ia buat untuk jenazah-jenazah PMI. Kesempatan kedua kepada mama pendeta Ina, mama pendeta Ina menyampaikan refleksinya dan kami bersama-sama menyanyikan lagu Aku Percaya. Ya, kami percaya bahwa Tuhan bekerja untuk semua umat manusia yang diciptakannya.

Tiba saatnya untuk pemutaran video. Video yang sudah ku buat sepenuh hati untuk mengingat jenazah-jenazah yang kami jemput di Terminal Kargo Bandara El-Tari Kupang. Video yang aku buat berhenti pada menit ke empat lewat empat puluh tujuh detik dengan menampilkan pesan dari Paus Fransiskus pada hari Buruh dan Migran Sedunia. Selanjutnya, Suster Laurentina, PI menyampaikan renungan singkat tentang kisah hidup Santa Josepina Bakhita, santa pelindung korban perdagangan manusia dan perbudakan. Di tengah-tengah aula pun dipasang foto Santa Josepina Bakhita, supaya yang tidak tahu menjadi tahu.

 

Lampu dimatikan, kami sampai pada sesi doa spontan umat, yaitu dimana kami satu persatu maju dan membakar lilin lalu menyampaikan doa. Lilin yang diatur di depan foto Santa Bakhita satu per satu dinyalakan dengan doa yang dipanjatkan oleh masing-masing orang. Dengan harapan kepada korban dan keluarga, kepada semua yang peduli dengan sesamanya dan agar tidak lelah untuk tetap berdiri. Selesai dengan doa spontan umat, kami bersama menyanyikan lagu Bapa Kami diakhiri dengan doa penutup oleh suster Matilda, PI dan kami membuat lingkaran mengelilingi lilin yang sebagiannya sudah tanpa nyala api lalu mendendangkan lagu "Hidup Ini Adalah Kesempatan". Benar, hidup adalah kesempatan oleh karena itu mari kita manfaatkan kesempatan yang ada dengan baik dan dengan setulus hati.

Mengakhiri tulisan ini, aku mengutip perkataan Santa Josepina Bakhita:

"Jadilah orang baik, kasihilah Tuhanmu, berdoalah bagi mereka yang belum mengenal Dia. Sungguh suatu rakhmat yang luar biasa dapat mengenal Tuhan. Amin"

 

Tulisan ini juga dapat diakses di web Sahabat Insan