DOA VIGILI 8 FEBRUARI 2020 – BERSATU MELAWAN PERDAGANGAN ORANG
(Hari Refleksi dan Doa Sedunia Melawan Perdagangan Orang)
Hastag #PrayAgainstTrafficking
Simbol I: Di depan altar/meja tempat doa dipajang gambar Santa Josephine Bakhita dan rantai besi. Bisa juga dibunyikan gemerincing suara rantai mengiringi pemimpin doa berjalan menuju altar/tempat doa (klik rekaman suara berikut chains walking Sound Effect.mp3 ). Bersamaan dengan bunyi gemerincing rantai dinyanyikan lagu pembukaan (dipilih lagu yang sesuai).
Pemimpin Doa: Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
Umat: Amin.
Pemimpin Doa: Semoga Rahmat Tuhan Yesus Kristus, cinta kasih Allah dalam persekutuan Roh Kudus besertamu.
Umat: dan sertamu juga
Pemimpin Doa:
Hari ini kita bersama-sama merayakan “Hari Refleksi and Doa Sedunia Melawan Perdagangan Orang” yang ke-enam. Di berbagai belahan dunia, perdagangan orang menjadi momok bagi setiap orang tanpa kecuali, terlebih bagi mereka yang paling miskin dan mereka yang dikategorikan sebagai yang paling kecil dan kaum buangan dalam masyarakat kita. Mereka yang hidup di pinggiran dan kaum lemah, seperti perempuan dan anak-anak, adalah sasaran korban ketidakadilan dan pelecehan. Semoga Santa Josephine Bakhita menjadi perantara bagi kita dan bagi banyak Bakhita-Bakhita lainnya di jaman ini. (Hening sejenak…lalu dilanjutkan).
Kita akan membacakan beberapa kisah hidup nyata orang-orang yang terjebak sebagai korban perdagangan orang. (Dipilih 3 orang untuk membacakan kisah di bawah.
Lektor 1.
Kisah dari Uganda: “Saya bekerja di sebuah pabrik kimia di Uganda. Setelah saya sakit karena alergi pada bahan-bahan kimia yang kami gunakan, saya harus meninggalkan pekerjaan itu. Saya membeli kios kecil untuk menjual makanan bagi orang-orang yang lewat. Semuanya baik-baik saja, sampai saya ditipu oleh sebuah agen yang menawari saya pekerjaan di Timur Tengah. Saya berpikir bahwa saya mempunyai kesempatan yang bagus, tetapi ternyata saya terjerumus dalam perbudakan rumah tangga. Saya bekerja keras tanpa lelah, namun saya tidak mendapatkan makan dan upah.” (Hening sejenak sekitar 1 menit, sambil mendengarkan kembali gemerincing suara rantai).
Lektor 2.
Kisah dari Thailand: “Saya berumur 40 tahun, banyak diantara kami tinggal bersama keluarga, di sebuah daerah kumuh di Thailand. Saya tidak dapat sekolah karena orangtua saya miskin, tidak mempunyai Kartu Tanda Penduduk dan saya menderita schizophrenia. Saya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan menjual barang rongsokan. Suatu saat saya mendapat kesempatan ikut perahu nelayan dan saya menerima tawaran itu. Saya sudah sangat lelah dengan kemiskinan seperti ini. Saya bermimpi untuk bisa keliling dunia. Sayang, saya terjebak dalam situasi yang sangat buruk yang belum pernah saya alami sebelumnya. Saya hanya makan sangat sedikit dan tidak pernah ada waktu istirahat. Bahkan bayaran yang pernah dijanjikan tak pernah saya terima. Setelah beberapa bulan, saya terkatung-katung di sebuah pulau di Indonesia. Saya tidak mengerti bahasa mereka. Saya sangat menderita.” (Hening sejenak sekitar 1 menit, sambil mendengarkan kembali gemerincing suara rantai.)
Lektor 3.
Kisah dari Italia: “Saya memutuskan untuk meninggalkan negara saya, Nigeria, setelah ayah saya meninggal. Saya ingin membantu ibu dan saudara-saudara saya. Ketika tiba di Italia dengan dijanjikan sebuah pekerjaan, saya terperangkap di jalanan di bawah kendali seorang ibu yang menganiaya saya secara fisik dan psikologis. Saya berpikir ketika hutang saya terbayar, saya akan bebas dari mimpi buruk ini. Namun mereka tetap menahan saya dan meminta uang terus-menerus. Sendiri dan tanpa Kartu Identitas Penduduk saya akhirnya di penjara, bahkan meskipun saya sebagai korban…”

Simbol II:
10 orang melakukan prosesi masuk ke depan altar, diiringi suara (rekaman) drum band. 8 orang menutup wajah mereka dengan tangan dan mengalungkan poster di leher mereka dengan tulisan masing-masing berbunyi: “Ketidakpedulian”, “Penderitaan”, “Kesunyian”, “Kesepian”, “Malu”, “Kekerasan”, “Ketakutan”, “Kelalaian”. Dan 2 orang lainnya menggunakan penutup wajah atau masker, dengan membawa poster yang bertuliskan: “Pelanggan” dan “Barang Dagangan”.
Di balik poster itu masing-masing ditulisi: “HIDUP BARU”, “MARTABAT MANUSIA”, “HARAPAN”, “BELAS KASIH”, “PEDULI”, “DIALOG”, “BELA-RASA”, ”PEMBEBASAN”, “HAK ASASI MANUSIA”. Mereka adalah wajah-wajah tak dikenal, korban perdagangan orang. Mereka ini berdiri di depan altar menghadap umat dengan memastikan poster yang mereka bawa bisa di baca umat. Mereka berdiri di tempat sampai dijemput oleh para aktivis antiperdagangan orang (lihat SIMBOL III di bawah).
Pemimpin Doa:
“Jika ada begitu banyak gadis korban perdagangan orang yang bernasib hidup di jalanan di kota-kota kita, ini karena banyak kaum laki-laki - muda, dewasa maupun tua - yang meminta pelayanan mereka untuk memuaskan nasfu kesenangan mereka. Maka saya heran, apakah penyebab utama perdagangan orang adalah benar-benar pedagang orang? Saya yakin penyebab utama adalah keegoisan tak bermoral orangorang munafik di dunia ini. Tentu, menangkap pedagang orang adalah kewajiban demi keadilan. Namun solusi sebenarnya adalah pertobatan hati, memotong rantai permintaan konsumen untuk memotong pasar” (Paus Fransiskus, Ceramah kepada peserta Hari Doa dan Refleksi Sedunia Melawab Perdagangan Orang, 2 Februari, 2018).
Lektor:
Bacaan Pertama diambil dari Kitab Yehezkiel 36:26-27
“Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.” (Hening sejenak lalu dilanjutkan doa)
Lektor 1: Bila hati kami acuh tak acuh terhadap penderitaan saudara-saudari kami,
Semua: Tuhan, bebaskanlah hati kami,
Lektor 2: Bila pikiran kami menolak untuk ingin tahu apakah apa yang kami konsumsi merupakan hasil kerja paksa para budak,
Semua: Tuhan, bebaskanlah pikiran kami,
Lektor 3: Bila mata kami tidak dapat melihat saudara-saudari kita yang lain,
Semua: Tuhan, bukalah mata kami,
Lektor 4: Bila telinga kami tuli terhadap jeritan pembebasan,
Semua: Tuhan, bersihkanlah telinga kami,
Lektor 5: Bila tangan dan kaki kami menjadi alat untuk melakukan kekerasan terhadap orang lain,
Semua: Tuhan, bebaskanlah tangan dan kaki kami.
Simbol III.
10 orang yang terlibat dalam aksi melawan perdagangan orang dari berbagai lembaga atau individu, mengadakan prosesi dari belakang ke depan altar menghampiri para korban perdagangan orang yang masih berdiri di depan altar, kemudian membuka wajah mereka yang tertutup atau menyapa mereka dengan penuh kasih sambil membawa lilin yang menyala. Lalu mereka mengambil poster yang dibawa masing-masing korban dan secara bergiliran mengajak umat untuk membacanya secara keras. Setelah itu membalik masing-masing poster, yang sudah ditulisi kata-kata yang memberi harapan: “HIDUP BARU”, “MARTABAT MANUSIA”, “HARAPAN”, “BELAS KASIH”, “PEDULI”, “DIALOG”, “BELA-RASA”,”PEMBEBASAN”, “HAK ASASI MANUSIA”, dan mengajak umat untuk membacanya dengan suara keras satu per satu. Lalu setelah itu mereka mundur dan pemimpin doa melanjutkan doanya.
Pemimpin Doa:
Setiap wajah perlu disapa, dibelai dan didengarkan. Secara bersama-sama adalah mungkin untuk menghentikan perbudakan. Dengan cara ini, kisah-kisah hidup dapat menjadi kisah-kisah kelahiran kembali, harapan dan martabat. (3 orang pembaca (lektor) dipilih dari mereka yang terlibat dalam upaya untuk melawan perdagangan orang, untuk membacakan kisah berikut ini).
Lektor 1:
Akhir kisah gadis dari Uganda: “Keputusasaan membawa Jessie untuk melarikan diri dan beruntung ia dapat menghubungi Kedutaan. Baginya, itu adalah awal mula kehidupan baru: mereka membawanya ke komunitas kami, yang merawatnya, memberi makan, pakaian dan martabat. Suatu hari, ia menanyakan kepada kami, apakah ia bisa pulang ke neagaranya. Dia sering memikirkan kebahagiaan dengan kios kecil yang ia miliki beberapa tahun sebelumnya. Maka kami membantu Jessie untuk mendapatkan dokumen resmi dan menghubungi negara asalnya. Saat ini, ia sudah tinggal di Uganda dan kami terus mendukung perjalanannya untuk reintegrasi ke dalam masyarakat dan pekerjaannya”. (Diselingi lagu yang sesuai.)
Lektor 2:
Akhir kisah dari Thailand: “Somchai berusaha melarikan diri, dan dengan bantuan dua lembaga Gereja, ia berusaha untuk mendapatkan kembali kebebasannya dan pulang kembali ke Thailand. Kami membantunya untuk mendapatkan dokumen resmi yang tidak pernah ia miliki dan kami terus mengikuti perkembangan kasusnya, untuk mendapatkan ganti rugi kerusakan dan membangun sebuah rumah baru, di mana ia masih tinggal bersama orangtuanya. Ia meneruskan pekerjaan lamanya dan sekarang berusaha hidup secara bermartabat, meski tetap menderita penyakitnya”. (Diselingi lagu yang sesuai.)
Lektor 3:
Akhir kisah dari Italia: “Ketika saya bertemu dengan Maryam di penjara, ia mengatakan kepada saya kisah hidupnya dan saya memutuskan untuk membantu dia. Maka, saya meyakinkan komunitas saya di Sisilia untuk menampungnya di rumah kami sebagai tahanan rumah. Tahun-tahun itu Maryam berusaha untuk mengubah hidupnya dan membantu banyak anak muda yang menjadi korban perdagangan orang, seperti dia. Saat ini ia bahagia: ia seorang ibu dan keluarganya bahagia karena komunitas kami menyambut dia sebagai saudara perempuan dan ia bekerja sebagai guru.” (Diselingi lagu yang sesuai.)
Pemimpin Doa:
Doa menyatukan kita, membuat kita semua sebagai saudara-saudari, membantu kita mengatasi perpecahan, ketakutan dan membebaskan kita dari kejahatan. Marilah kita mendoakan bersama-sama Mazmur 34:17-22!
Semua umat:
Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu; Ia melindungi segala tulangnya, tidak satupun yang patah. Kemalangan akan mematikan orang fasik, dan siapa yang membenci orang benar akan menanggung hukuman. TUHAN membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya, dan semua orang yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman. (Hening sejenak, lalu dilanjutkan dengan Bacaan Injil)
Lektor:
Bacaan dari Injil Yohanes 15:13-17
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Waktu hening sejenak untuk merenung)
Pemimpin Doa:
Panggilan pertama kita adalah Kasih, dan menjawab Kasih itu perlu dan penting karena hanya hal ini yang dapat memberi makna dan kedamaian dalam hidup kita. Kita dipanggil untuk menghasilkan buah dengan menghargai tindakan, kata-kata, perasaan serta sikap yang mewujud pada mereka di sekitar kita afeksi mendalam tentang Tuhan yang sangat mencintai kita, yang menempatkan diriNya pada posisi kita, menjelma menjadi manusia di dunia ini; dan sebuah peristiwa yang telah mengubah hidup kita. Simpul-simpul ini menghubungkan hidup kita dengan kisah-kisah yang baru saja kita dengar dan dengan orang-orang di sekeliling kita, karena kita berkomitmen untuk tidak acuh tak acuh melainkan mengubah dunia di sekitar kita.
Kemudian pemimpin doa mengajak seluruh umat untuk meneriakkan yel-yel “BERSAMA KITA MELAWAN PERDAGANGAN ORANG” dengan mengepalkan tangan kanan ke atas. Yel-yel diucapkan beberapa kali, sampai seluruh umat berteriak secara kompak.
Pemimpin Doa:
Dengan mendengarkan sabda Tuhan, orang harus mempunyai hati yang terbuka, siap dan mau menerima sabda itu dalam hati. Dan kami ingin Anda dapat mempunyai sabda ini dalam hati ketika Anda pulang ke rumah, membuat sabda itu menghasilkan buah.
Berkat Penutup (bila pemimpin doa adalah pastor) atau tanda salib.
Lagu Penutup
