Sosialisasi Stop Human Trafficking di Kakan

2 Maret 2019
Aku dan Sr. Laurentina PI berangkat menuju gereja Santo Andreas Kakan di Desa Kakan, Kecamatan Kuanfatu, Timur Tengah Selatan (TTS) NTT. Kami berangkat bersama Romo Luis, CMF dan Frater Robin. Dari Biara Penyelenggaraan Ilahi Nasipanaf, aku dan Suster Laurentina PI menggunakan jasa ojek menuju ke titik kumpul Santo Andreas Lasiana. Ketika tiba di sana, kami segera bergabung bersama Romo Luis, CMF dan frater Robin menuju ke Desa Kakan.
Di tengah perjalanan, bus yang kami tumpangi berhenti untuk menunggu penumpang yang lain. Kami putuskan untuk membeli biskuit serta permen yang akan kami bagikan pada anak-anak kecil di Paroki Kakan. Perjalanan dari Kupang hingga ke Desa Kakan memakan waktu perjalanan kurang lebih enam jam. Setelah melalui jalanan terjal yang berliku, kami tiba di Desa Kakan sekitar pukul 19.00 WITA. Aku menghela nafas sembari mengucap syukur atas segala kebaikan-Nya karena telah menuntun kami hingga selamat ke tempat ini. Pemandangan alam yang terhampar di sekitar menambah rasa kagumku pada tempat ini. Tentu saja momen indah seperti ini harus kami abadikan di gawai dalam bentuk foto ataupun video agar selalu terkenang.
Kedatangan kami segera disambut hangat oleh masyarakat setempat. Haru rasanya ketika salah seorang bapak mencium tangan kami ketika tiba di lokasi. Mereka pasti mengira bahwa relawan sepertiku adalah seorang suster muda. Aku segera dikerumuni oleh anak-anak kecil. Beberapa dari mereka bahkan bergembira untuk membawakan tas yang kami bawa hingga ke aula.
Menurut adat setempat, kami harus diterima secara adat. Selendang mulai dikalungkan kepada kami sebagai simbol penerimaan. Setelah itu, mereka juga menyodorkan okomama kepada kami. Sekalipun Sr. Laurentina PI, Romo Luis dan Frater Robin tidak memakannya, namun aku mencoba untuk menghargai dengan mengunyahnya di depan mereka sebagai tanda penghormatan. Ternyata aku tidak tahan dengan rasa getir yang terkandung di dalamnya. Aku segera menuju halaman rumah untuk membuangnya tanpa diketahui mereka. Ketika di luar, aku melihat gerombolan anak-anak sedang mengikuti Sekami. Kegiatan Sekami di wilayah ini diadakan setiap Selasa, Rabu dan Jumat. Tentu saja aku segera bergabung.
Aku juga salut dengan kegiatan Orang Muda Katolik (OMK) yang diadakan secara rutin, salah satunya kegiatan Latihan koor bersama yang diadakan setiap Sabtu. Aku berkenalan dengan beberapa OMK yang terlibat dalam latihan malam ini. Tidak lama kemudian, kami santap hidangan malam dengan menu yang sangat menggugah selera. Apalagi kondisi perutku sudah sangat lapar sedari tadi. Selesai santap malam, aku dan Sr. Laurentina PI segera menuju ke tempat penginapan di rumah salah seorang umat, sedangkan Romo Luis, CMF dan Frater Robin akan menginap di gereja.
Akhirnya kami tiba di rumah bapak sekretaris gereja. Kami menempati sebuah kamar yang berada di bagian depan. Setelah meletakkan seluruh peralatan yang kami bawa, kami memutuskan untuk bercengkerama dengan tuan rumah. Aku lalu meminta bantuan dari mama untuk menggunting rumbai-rumbai dari selendang yang kami terima dalam prosesi penyambutan.
Setelah selesai, kami beristirahat di kamar yang sangat nyaman. Sebelum terlelap, suster Laurentina PI membagikan kisah pengalamannya dalam menangani jenazah human trafficking. Lokasi yang ditempuhnya untuk menghantarkan jenazah cukup sulit dijangkau karena berada di lokasi yang sangat terpencil. Aku terkesima mendengar kisah perjuangan hamba Tuhan ini. Suaranya lambat laun melemah dan menghilang seketika. Ia terlelap. Akupun berusaha memejamkan mata sembari membayangkan ketika pertama kali menginjakkan kaki di desa yang subur ini. Pepohonan alpukat dengan buahnya yang ranum dan tergantung di pohon menambah rasa takjubku. Udaranya sangat segar dan sejuk hingga membawa kebaruan dalam kisahku hari ini. Terima kasih Tuhan, aku bersyukur atas hari yang sudah aku lalui hari ini dan atas kesempatan untuk bisa datang ke tempat ini. Semoga kegiatan sosialisasi kami bisa berjalan dengan lancar seturut kehendak-Mu.
Aku terbangun tengah malam karena betis kananku kejang, rasanya sangat sakit. Aku menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi rasa sakit, namun sakitnya semakin menjadi-jadi. Namun aku tidak punya pilihan untuk tetap memejamkan mata karena aku sudah sangat lelah. Pada pukul empat dini hari, aku terbangun dan segera mencari mama untuk meminta sedikit minyak urut guna meredakan rasa sakit pada kakiku. Mama memberikanku minyak kelapa karena tidak ada minyak lain. Akhirnya aku memijat betis dengan minyak kelapa. Mama tergerak membantu memijat betisku yang sakit. Setelah itu, aku membantu mama yang sudah bangun sejak pukul 03.00 WITA. Kami memasak dan menyiapkan sarapan pagi dengan menu jagung muda dan kacang rebus. Tidak hanya itu, mama juga memasak air hangat untuk air mandian kami karena cuaca di sekitar yang sangat dingin.
Setelah santap pagi, kami bersama-sama menuju gereja Santo Andreas Kakan untuk mengikuti misa bersama. Ketika tiba di sana, sudah ada beberapa umat yang menunggu kedatangan kami. Misa pagi dimulai pukul 08.45 WITA. Selesai misa, acara dilanjutkan dengan kegiatan Sosialisasi yang dibawakan oleh Sr. Laurentina PI. Tema sosialisasi kali ini adalah “Suara Kebisuan”. Acara dimulai dengan perkenalan seputar karya dalam memberantas human trafficking. Setelah itu, Sr. Laurentina PI membagikan pengalamannya dalam menjemput jenazah Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang dipulangkan dari negara penempatan. Sr. Laurentina PI juga menginformasikan bahwa siang ini akan ada jenazah yang datang dari Malaysia. Jenazah PMI tersebut berasal dari Sumba.
Suster Laurentina PI memberikan sosialisasi bahaya human trafficking
Setelah selesai memberikan sosialisasi, Sr. Laurentina memutarkan video dengan judul "Suara dari Medan". Video tersebut menyayat hati. Bagaimana tidak, video yang diputar tersebut menceritakan kisah seorang perempuan yang disiksa dan hampir bunuh diri karena perilaku kejam dari majikannya.
Video berikutnya merupakan kisah perjalanan Sr. Laurentina PI selama melakukan pelayanan di Kargo Bandara El Tari Kupang. Selama video di putar, Romo Lius, CMF memberikan himbauan kepada umat untuk lebih waspada karena modus human trafficking sangat menggiurkan dan seolah-olah menjadi jalan keluar dari permasalahan ekonomi.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan sharing pengalaman tentang bekerja di luar negeri. Salah satu pemudi cukup penasaran dan bertanya kiat-kiat untuk menghidari human trafficking jika ingin bekerja di luar negeri. Sr. Laurentina PI memberikan penjelasan dan beberapa prosedur yang benar jika ingin bekerja ke luar negeri, salah satunya tentu harus melalui lembaga resmi seperti Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).
Frater Robin memberikan sosialisasi bahaya human trafficking
Setelah sosialisasi selesai, kami santap pagi bersama umat. Aku dan Sr. Laurentina PI segera kembali ke rumah umat pada pukul dua belas siang. Kami santap siang bersama dan beristirahat sejenak. Setelah itu, aku menemani mama yang akan kembali ke gereja untuk membantu umat dalam mempersiapkan acara perpisahan. Aku membantu memasak, bercerita dengan Ketua Stasi, bernyanyi dengan iringan gitar dan bermain voli bersama anak-anak Sekami hingga malam tiba. Aku kembali ke rumah bersama salah seorang OMK yang bercita-cita untuk menjadi suster. Semoga harapan dan doanya terkabul.
Pada malam harinya, semua umat sudah berkumpul di halaman dan bersiap untuk acara perpisahan. Sebelum acara dimulai. Frater Robin memutar sebuah film dengan judul Tanah Air Beta sebagai acara pembuka. Kemudian kami mendengarkan kata sambutan dari Ketua Stasi Kakan. Setelah itu, Sr. Laurentina PI memberikan beberapa pesan khusus kepada umat untuk waspada dan memerangi human trafficking. Romo Luis, CMF juga menekankan hal yang sama. Sebagai acara penutup, kami dilepas secara adat. Kami mendapatkan selendang untuk kedua kalinya beserta sebuah amplop. Acara perpisahan ditutup dengan makan malam bersama dan pembagian kalung rosario kepada mama-mama yang sudah bersusah payah mempersiapkan makan malam.
Keesokan harinya, kami berpamitan dengan umat dan kembali ke Kupang dengan membawa hasil tani berupa alpukat, jagung, pisang, kelapa kering dan barang bawaan yang lainnya. Kami mendokumentasikan seluruh kegiatan bersama yang kami lakukan di tempat ini. Bagiku seluruh kegiatan yang kami lakukan cukup melelahkan, namun sangat menyenangkan karena bisa menjalani misi kemanusiaan dalam melawan human trafficking dengan lancar.
***