PENJEMPUTAN JENAZAH PERTAMA DI TAHUN 2021

PENJEMPUTAN JENAZAH PERTAMA DI TAHUN 2021

Laporan Jeny Laamo dari Kupang

 

Kemeriahan tahun baru masih terasa. Kembang api masih terdengar, aromanya belum hilang. Meskipun demikian kami harus menerima kenyataan bahwa di tahun baru ini, jenazah PMI asal NTT disambut di Kargo Bandara El Tari Kupang. Kabar duka ini hadir selalu mampu memporak-porandakan sukacita.

Jenazah PMI yang tiba pada sore hari ini adalah seorang pria berusia 32 tahun yang meninggal dunia pada 24 Desember 2020, pukul 14.26 waktu Malaysia dengan sebab kematian Septic Shock Secondary To Community Acquired Pneumonia To Rule Out Pulmonary Tuberculosis With Severe Respiratory Acidosis (Syok Septik Sekunder Pneumonia dengan TBC).

Aku datang ke kargo bersama Suster Laurentina, SDP, Kakak Decky Faah dari Rumah Harapan juga hadir, petugas BP2MI Kupang serta keluarga turut menyambut kedatangan jenazah. Jenazah PMI tersebut dikirim pulang dari Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 1 Januari 2021. Keesokan harinya pada tanggal 02 Januari 2021, jenazah dikirim dari Jakarta ke Kupang dan tiba pada sore hari. Pukul 15.00 WITA peti jenazah dikeluarkan dari Area Kedatangan Kargo dan dimasukkan ke dalam mobil jenazah JPIC Divina Providentia. Jenazah yang sudah kami nantikan ini terlebih dahulu dibungkus dengan terpal biru dan dilakban agar terbungkus rapi. 

Usai pembungkusan peti yang dilakukan oleh Pak Stef dan keluarga di sudut kargo, di tempat Jenazah Kargo, jenazah segera dibawa ke Biara Susteran Divina Providentia, untuk disemayamkan selama beberapa jam di biara. Keluarga tidak meninggalkan jenazah sendiri. Mereka mengikuti mobil jenazah dari belakang sampai tiba di biara. Iring-iringan ini menyatu dengan sirine yang dibunyikan di jalanan. Kami menjadi pusat perhatian karena memang sebelumnya belum pernah ada jenazah PMI yang dibawa ke biara dan ini adalah pertama kalinya. Suster Laurentina SDP sudah berunding dengan suster yang lainnya untuk menyemayamkan jenazah di biara, dan para suster mengijinkan.

Sesampainya di biara, peti jenazah tidak diturunkan dari mobil. Doa bagi arwah dilakukan di garasi mobil dipimpin oleh Suster Laurentina, SDP. Setelah itu Suster Anna SDP, Suster Laurentina SDP, Kakak Decky serta keluarga menunggui jenazah. Melda, Rahab, dan Kakak Rita membantu mengangkat kursi untuk keluarga, juga memberikan minum. Keluarga tetap setia menunggu di biara sampai pukul delapan malam saat jenazah diantarkan ke Pelabuhan Tenau. Malam ini jenazah diberangkatkan dengan KM Bukit Siguntang menuju Maumere dan dari Maumere peti akan dibawa menuju kampung halamannya di Desa Waebela, Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada. Yang pasti dalam setiap penjemputan maupun pengantaran jenazah adalah menunggu. Saat tiba di Pelabuhan Tenau jenazah belum bisa dinaikkan ke atas kapal karena proses bongkar muat barang belum selesai.

 

“Mereka bongkar muatan 72 ton, makanya belum selesai ini.” Kata Pak Stef memberitahukan kepada kami saat waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Kami menikmati hembusan angin yang bertiup kencang sambil beberapa kali mengambil gambar hiruk pikuk pelabuhan. Melda, Rahab, Kakak Maxi, dan Kakak Rita ikut mengantarkan jenazah ke pelabuhan. Pukul 22.45 WITA, peti jenazah akhirnya dinaikkan ke atas kapal. Ada perasaan lega di dalam hati. Penantian kami terbayar sudah.

Selama menunggu di pelabuhan, aku mengetahui satu fakta tentang istilah yang dipakai oleh para buruh pelabuhan untuk peti jenazah. Istilah yang mereka pakai adalah kayu bakar.  Saat mendengar pertama kali, batinku sedikit tersentil namun aku memendamnya di dalam hati. Aku mengungkapkan hal tersebut pada Suster Laurentina SDP. Tetapi kata Suster, meskipun demikian mereka sangat menghargai jenazah dan mereka bersedia mengulurkan tangan membantu mengangkat jenazah tanpa dibayar, selelah apapun buruh pelabuhan. Aku berusaha untuk mengerti maksud mereka dengan menyebut peti sebagai kayu bakar, namun aku sama sekali tidak mengerti dengan istilah itu. Mengapa mereka tidak menggunakan kalimat yang lebih baik? Aku sadar bahwa dalam setiap pekerjaan ada istilah masing-masing yang digunakan, meskipun tidak mengerti aku mencoba untuk memahami. Membingungkan memang, tapi seperti itulah. Ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dan terjadi begitu saja.

Apapun itu, patut disyukuri bahwa pengantaran jenazah Rabu malam hari ini berjalan dengan lancar. Kami kembali ke rumah dengan hati yang tenang. Syukur kepada Allah atas setiap rahmat-Nya. Kupanjatkan doa agar perjalanan menuju Ngada berjalan dengan lancar, proses pemakaman pun berjalan dengan lancar serta keluarga mendapatkan kekuatan dan ketabahan dari Allah Bapa Surgawi.*