Penjemputan Jenazah PMI yang ke-101 Tahun 2021
#Kisah dari lapangan oleh Relawati SI
Pada bulan Rosario ini, aku sudah melakukan tiga kali penyambutan jenazah terhitung sejak 2, 8 dan 9 Oktober 2021 yang lalu. Pada 2 Oktober 2021 lalu, aku melakukan penjemputan jenazah atas nama STT yang sudah bekerja di Malaysia selama kurang lebih tiga tahun. Ia sudah menikah dan membawa serta isteri dan anak-anaknya ke Malaysia. Dalam pemulangan jenazah kali ini, anak dan istrinya tidak dapat menghantarkan jenazah STT hingga ke kampung halaman karena keterbatasan biaya. STT terpaksa harus tiba ke daerah asal di Kecamatan Ile Boleng, Kabupaten Flores Timur dalam bentuk jenazah tanpa dihantarkan isteri dan anaknya.
Selama hidupnya, STT bekerja sebagai seorang pelayan cafe di Johor, Malaysia. Berdasarkan keterangan dari pihak kelaurga, STT sempat mengganti namanya menggunakan nama Muhammad pada awalan depan namanya. Hal ini bertujuan untuk dapat bekerja dengan nyaman di negara penempatan. STT mengakhiri hidupnya diusia 28 tahun pada 23 September 2021, pukul 15.40 waktu Malaysia karena menderita penyakit Cardiac Arrest Secondary to Acute Coronary Syndrome (Henti Jantung Sekunder untuk Sindrom Koroner Akut). Sepupu kandung STT, yang juga bekerja di Malaysia membantu pemulangan jenazah ke tanah air.
Usai menyambut dalam doa, jenazah dimasukkan ke dalam mobil jenazah RSUD W. Z. Johannes Kupang untuk disemayamkan menunggu pemberangkatan selanjutnya ke daratan Flores menggunakan kapal laut. “STT yang malang, beristirahatlah sementara di tempat ini,” bisikku iba.
Enam hari setelah itu, aku kembali menjemput jenazah PMI atas nama AT. Jenazah berasal dari Oebobo Kupang, NTT. Jika berasal dari pulau yang sama, di daratan Timur, jenazah akan segera dihantar ke kampung halaman pada hari yang sama sehingga jenazah tidak perlu menginap di RSUD Yohanes Kupang seperti jenazah yang berasal dari luar pulau.
Jenazah AT meninggal karena menderita penyakit Severe Pneumonia with Pulmonary Tuberculosis (Pneumonia Berat dengan Tuberkulosis Paru). Sebelum dihantar ke kampung halaman, jenazah AT yang dipindahkan dari kereta kargo ke mobil jenazah. Kemudian, jenazah disambut dalam doa oleh para pejuang kemanusiaan yang setia dalam pelayanan kargo. Saat doa berlangsung, adik kandung dari AT ambruk. Untung saja Suster Laurentina, SDP dan keluarga sigap menopangnya sehingga badannya tidak terjatuh begitu saja ke tanah. Aku bisa merasakan bahwa hatinya pasti sangat terpukul. Adik kandung AT terlihat sangat lemah. Setelah doa selesai, keluarga yang menjemput segera masuk ke mobil jenazah menuju ke kampung halaman. Mereka masih mengiringi jenazah dengan isak tangis dan air mata.
Sehari setelahnya, Kargo kembali memanggilku. Masih ada jenazah PMI bernama MK yang perlu aku sambut. MK merupakan jenazah yang ke 101 dalam penjemputan jenazah PMI yang pulang ke daratan NTT tahun 2021. MK berasal dari Malaka, NTT. Ia dinyatakan mengidap sakit jantung dan paru. Saat jenazah tiba di kargo, jenazah segera dipindahkan dari kereta ke mobil jenazah. Namun kami tidak segera mendoakannya karena ada keluarga MK yang dikonfirmasi akan segera tiba. Kami masih menuggu dengan sabar dan berharap keluarga tiba dengan selamat.
Tidak lama kemudian, muncul seorang perempuan yang lari tergopoh-gopoh ke arah mobil jenazah yang terparkir tepat di depan pintu keluar. Perempuan itu dengan spontan meletakkan tas ranselnya di aspal jalan dan berlari meraung-raung mendekati peti jenazah. Ia segera memeluk peti dengan begitu erat. Ternyata perempuan itu adalah ibu kandung MK. Ia seakan tidak sanggup menerima anaknya yang sudah dalam rupa jenazah yang terbujur kaku di balik peti. Setengah raganya pasti hilang karena kedukaan itu.
Ketika doa dipanjatkan, kuperhatikan bahwa perempuan itu berusaha sekuat tenaga menahan tangisnya. Ia tak mengeluarkan sepatah suarapun. Namun saat kata amin terdengar, ia mulai meraung lagi memanggil nama anaknya dan mendekap peti lebih kencang. Tangis yang tertahan pasti menusuk hingga ke jantung terdalam. Jika aku bisa mendengar isi hatinya, pasti ia sangat ingin melihat rupa anaknya untuk terakhir kalinya. Hatinya pasti hancur lebur dan terluka. Ia meraung tanpa memperhatikan sekitarnya. Ia tak peduli! Jujur saja, hatiku pedih menyaksikan pemandangan ini. Ingin aku segera berlalu namun tugas penjemputan di kargo memintaku tuk tetap setia.
Ketika pintu mobil jenazah MK akan segera ditutup, Ibu kandung MK segera naik dan masih merintih dalam duka yang tak terperih. Ia setia mendampingi jenazah hingga tiba ke kampung halamannya di Malaka. Ia adalah satu dari sekian banyaknya ibu yang kehilangan buah hatinya di negara penempatan.
Selamat jalan saudaraku. Selamat kembali ke kampung tercinta, tanah kelahiranmu. Istirahatlah dalam damai Tuhan. Semoga keluarga yang berdukacita diberikan rahmat kekuatan dan ketabahan dari Allah Bapa Sang Penyelenggara Hidup dan dimampukan melanjutkan kehidupan dengan penuh pengharapan.